Rabu, 10 Juni 2020

Kisah Abah Umar pendiri Asy-Syahadatain versi I


Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi Al- Habib Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya, beliau lahir di arjawinangun pada Bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.

Ayahnya adalah seorang Da’i asal dari hadromaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun.

Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang.

Ketika menginjak ke usia 7 tahun, Abah Umar nyantri ke pondok pesantren ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya di perintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datng bagi Habib yang sebentar lagi tiba.

Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang di tunggu datanglah Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger dan bingung, karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.

Diceritakan juga bahwa Abah Umar di ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir/ , mencemooh.

Abah Umar menunjukan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakannya.
Setelah beberapa waktu mesantren di ciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarka Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah kholil Madura.

Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok buntet di bawah asuhan KH. Abbas.

Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.

Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun.

Sesampai Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah.

Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar keseluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang dating untuk mencari selame dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.

Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.

Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.

Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya mawlana….” Dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar).

Pada tahun 1947 Abau Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional.
Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara.
Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat.

Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.

Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu Agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin.

Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. Beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title atau gelar atau derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian di susul Siti Khodijah member gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra member gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali member gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir member gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati member gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan member gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.

Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.

Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah saw.

Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid atau santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.

Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasnaiyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.

Pada tahun 1960-an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar di anggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jamaah Asy-Syahadatain,akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.

Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973-an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’I, ia yang menjadi pelayanan didalam lotengnya Abah.

Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kesirah abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit di bandung untuk dirawat.

Dirumah sakit abah umar dawuh/ membaca ayat Al-Qur’an:
ﺇﻦ ﺍﻟﻨ ﻱ ﻓﺮ ﻋﻟﯿك ﺍﻠﻗﺮ ﺁﻥ ﻟﺮ ﺍﺪﻚ ﺇﻠﻰ ﻣﺤﺎﺪ                                                            
Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.
SISILAH SAYYIDI SYEHUNAL MUKAROMABAH UMAR
  1. Sayyidina Wamawlana Muhammad SAW.
  2. Sayyidina Fatimatuzahro
  3. Maulana Sayyidina Husein
  4. Imam Ali Zaenal Abidin
  5. Imam Muhammad Al-Bakir
  6. Imam Ja'far Shodik
  7. Imam Ali Al-Ariydho
  8. Imam Muhammad Annakib
  9. Imam Isya Annakib
  10. Imam Ahmad Al-Muhajir Ilallah
  11. Imam Ubaiydillah
  12. Sayyid Ali
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwiy
  15. Sayyid Ali Khali qosam
  16. Sayyid Muhammad Shokhib Mirbath
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Faqih Muqodam
  19. Sayyid Alwiy
  20. Sayyid Ali
  21. Sayyid Muhammad
  22. Sayyid Alwiy
  23. Sayyid Ali
  24. Sayyid Hasan
  25. Sayyid Yahya
  26. Sayyid Ahmad
  27. Sayyid Alwiy
  28. Sayyid Muhammad
  29. Sayyid Abdullah
  30. Sayyid Idrus
  31. Sayyid Ahmad
  32. Sayyid Syeh
  33. Sayyid Tohha
  34. Sayyid Syeh
  35. Sayyid Ahmad
  36. Sayyid Ismail
  37. Habibullah Abah Umar
Tidak ada yang mencintai kami ahlu bait kecuali orang yang beriman dan bertaqwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka. 

Catatan:
Di dunia ini dalam sejarah memiliki berbagai macam versi. walaupun setiap versi itu berbeda-beda jalan ceritanya, tetapi kalau kita cermati dari sekian banyak versi maka akan menemukan titik temunya. 

Maka dari itu, janganlah kita berdebat gara-gara perbedaan versi apalagi sampai adu keringat. Karena islam tidak mengajarkan kita untuk saling menjatuhkan dalam satu ikatan.

https://saptabarata.blogspot.com

Kisah Abah Umar pendiri Asy-Syahadatain versi II


Abah Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Dai berdarah Hadramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H.Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.

Pandidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.


Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian dirumahnya.

Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam Penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia di bebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.

Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.

Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Mka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon.

Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang di keluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.


Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asyahadatain”. Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.

Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asyahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan Jamaahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul bayt, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Assyahadatain.

Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Assyahadatain, menulis buku berjudul Awradh Thariqah Al-Syahadatain, Sebagai pedoman Bagi Jamaahnya. Syahadat, menurut Habib Umar, Tidak Cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Awrad (1972), menggunakan Bahasa daerah yang berisi ilmu ahlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.

Habib Umar menghadap ke Hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga Amal Ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.

SISILAH SAYYIDI SYEHUNAL MUKAROMABAH UMAR

1.    Sayyidina Wamawlana Muhammad SAW.
2.   Sayyidina Fatimatuzahro
3.   Maulana Sayyidina Husein
4.   Imam Ali Zaenal Abidin
5.   Imam Muhammad Al-Bakir
6.   Imam Ja'far Shodik
7.   Imam Ali Al-Ariydho
8.   Imam Muhammad Annakib
9.   Imam Isya Annakib
10.Imam Ahmad Al-Muhajir Ilallah
11. Imam Ubaiydillah
12.Sayyid Ali
13.Sayyid Muhammad
14.Sayyid Alwiy
15.Sayyid Ali Khali qosam
16.Sayyid Muhammad Shokhib Mirbath
17.Sayyid Ali
18.Sayyid Muhammad Al-Faqih Muqodam
19.Sayyid Alwiy
20.Sayyid Ali
21.Sayyid Muhammad
22.Sayyid Alwiy
23.Sayyid Ali
24.Sayyid Hasan
25.Sayyid Yahya
26.Sayyid Ahmad
27.Sayyid Alwiy
28.Sayyid Muhammad
29.Sayyid Abdullah
30.Sayyid Idrus
31.Sayyid Ahmad
32.Sayyid Syeh
33.Sayyid Tohha
34.Sayyid Syeh
35.Sayyid Ahmad
36.Sayyid Ismail
37.Habibullah Abah Umar

"Tidak ada yang mencintai kami ahlu bait kecuali orang yang beriman dan bertaqwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka". 

CATATAN :
Di dunia ini dalam sejarah memiliki berbagai macam versi. walaupun setiap versi itu berbeda-beda jalan ceritanya, tetapi kalau kita cermati dari sekian banyak versi maka akan menemukan titik temunya.

Maka dari itu, janganlah kita berdebat gara-gara perbedaan versi apalagi sampai adu keringat. Karena islam tidak mengajarkan kita untuk saling menjatuhkan dalam satu ikatan.

https://saptabarata.blogspot.com

Kisah Abah Umar pendiri Asy-Syahadatain versi III


Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw. ke-37. Marga beliau adalah Yahya. Abah Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). 

Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.

Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. 

Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.


Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak. 


Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Abbas. 


Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. 


Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. 


Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh dipesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.


Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman. Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.


Melawan Penjajah Dengan Dakwah

Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda.
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. 

Pasangan ini dikaruniai empat orang anak. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.


Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Abah Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. 

Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya.


Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Abah Umar. Dibawah tekangan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.


Tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.


Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. 

Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon.

Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Abah Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.

Panji-Panji Syahadatain

Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Abah Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”. Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.

Tahun 1951, Abah Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun  Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawassul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurut Abah Umar, tawassul menyebabkan terkabulnya suatu do'a. 


Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat  Asy-Syahadatain.

Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya. Syahadat, menurut Abah Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.

Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.


Abah Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.


Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya

Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. 

Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. 


Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang.


Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. 


Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.


Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. 


Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan. 

Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. 


Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.


Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH. Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH. Abbas. 


Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.


Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. 


Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar. Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.



Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). 


Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. 


Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara.


Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. 


Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. 


Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.


Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw. 
Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.

Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah. 


Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. 


Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.

Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. 

Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut. Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. 


Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. 


Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. 


Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”. Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan kesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.


Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Tahun 1920an kondisi di mana bangsa indonesia pada umumnya sedang berada  dalam keterpurukan akibat penjajahan koloniaslisme yang berabad-abad , begitupun masyarakat cirebon khususnya di desa panguragan cirebon , tempat di mana Abah Umar Bin Ismail Al Yahya atau yang lebih di kenal  dengan Abah Umar Panguragan di lahirkan dan syiar.
 Bukan hanya membuka pengajian semata tetapi lebih dari itu Abah Umar ikut berjuang mengangkat senjata melawan ketertindasan rakyat di lingkunganya ,seperti yang di rilis oleh Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146 .
Kondisi  masyarakat dan kehidupan pada zaman itu seperti yang umumnya seluruh rakyat indonesia rasakan bukan hanya kesewenang wenangan, penindasan namun juga masyarakat telah jauh dalam agama bukan hanya sebatas ibadah melainkan telah sampai pada hilangnya makna dalam menjalani hidup , sehingga masyarakat telah tumbuh dengan keterbatassan bukan hanya sulit mencari makan tetapi telah menjadi masyarakat yang jauh dari agama ( Abangan ).
Namun seperti yang telah di ketahui tentang sejarah kelahiran Abah umar yang tercatat dalam buku Mencari Ridho Allah karya Abdul Khakim Maula SPd di ceritakan bahwa sewaktu masih dalam kandungan, masa masa setelah kelahiran  serta proses pendewasaan Abah Umar penuh dengan Khowarik atau Karomah yang sudah ada melekat dalam diri Abah Umar . 

Hal ini menegaskan tentang derajat kewalian Abah Umar  sebagai orang mulia yang di pilih oleh Allah SWT sebagai penerus Kholifaturrosul seperti para wali wali qutub yang telah wafat sebelumnya,seperti Sunan Gunung Jati serta Syekh Abdul Qodir Jaelani raja para wali dan wali qutub di zamanya. ( Bagi yang meyakini ).
Para pengikut tuntunan Abah umar memiliki banyak kisah spritual yang membuat merasa begitu nikmat, begitu beruntung, begitu istimewa hingga begitu taklid dalam mengikuti seluruh pedoman hidup dan tata cara ibadah yang  di ciptakan oleh Abah Umar yang berlandaskan Al Qur’an Hadits Ijma dan Qias berfaham Ahlu Sunnah Wal Jamaah yang sesuai dengan kondisi spritual masyarakat ( pengikutnya )yang haus akan ketenangan, ketentraman dan mendalami syahadat dengan mengistiqomahkan  dua kalimat syahadat dan sholawat yang bertujuan memperbarui iman dan islam , ketetapan iman islam di alam kubur ,menghancurleburkan akar akar kemusyrikan serta memohonkan  ketetapan sebagai ummat Nabi Muhammad dan keselamatan di dunia dan akherat
Menghadapi kondisi masyarkat petani dan abangan yang buta huruf  yang pasti tidak mengerti aksara arab, Abah Umar membuka pengajian , pencerahan dengan metode syair atau nadzom yang pada zaman itu lebih mudah di mengerti dan resapi hingga tumbuh kesadaran bagi para pengikutnya untuk selalu menjadi manusia yang gemar dan menikmati hidup taat ibadah.

Ngaji  Qur’an Angel pisan ngertenane
Yen wis ngerti angel pisan ngelakonane

Syair atau nadzom sering di bacakan di sela sela acara wirid bersama ( Auradan ) pada waktu setelah sholat dan tawasul
Melalui santrinya yang bernama Kyiai Mudrik lantunan nadzom menggugah semangat dalam beribadah , beberapa teks syair nadzom adalah sebagai berikut :
Muhaiminan barisane ingkang lempeng
Eling Allah Rosulullah ingkang mancleng
Mancleng ati rasa obah ning pangeran
Mata ningal Rosulullah ning adepan
Muhaiminan madep ngadep kanjeng Nabi
Kepengen maris ning Nure kanjeng Nabi
Nure kanjeng nabi kang bagi kanjeng nabi
Yen kebagi bagen mlarat tetep sugih
Kang aran sugih bunga susah eling Allah
Serta manut perentahe Rosulullah.

SISILAH SAYYIDI SYEHUNAL MUKAROMABAH UMAR
  1. Sayyidina Wamawlana Muhammad SAW.
  2. Sayyidina Fatimatuzahro
  3. Maulana Sayyidina Husein
  4. Imam Ali Zaenal Abidin
  5. Imam Muhammad Al-Bakir
  6. Imam Ja'far Shodik
  7. Imam Ali Al-Ariydho
  8. Imam Muhammad Annakib
  9. Imam Isya Annakib
  10. Imam Ahmad Al-Muhajir Ilallah
  11. Imam Ubaiydillah
  12. Sayyid Ali
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwiy
  15. Sayyid Ali Khali qosam
  16. Sayyid Muhammad Shokhib Mirbath
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Faqih Muqodam
  19. Sayyid Alwiy
  20. Sayyid Ali
  21. Sayyid Muhammad
  22. Sayyid Alwiy
  23. Sayyid Ali
  24. Sayyid Hasan
  25. Sayyid Yahya
  26. Sayyid Ahmad
  27. Sayyid Alwiy
  28. Sayyid Muhammad
  29. Sayyid Abdullah
  30. Sayyid Idrus
  31. Sayyid Ahmad
  32. Sayyid Syeh
  33. Sayyid Tohha
  34. Sayyid Syeh
  35. Sayyid Ahmad
  36. Sayyid Ismail
  37. Habibullah Abah Umar
Tidak ada yang mencintai kami ahlu bait kecuali orang yang beriman dan bertaqwa, dan tidak ada yang membenci kami kecuali orang munafik dan durhaka. 

CATATAN :
Di dunia ini dalam sejarah memiliki berbagai macam versi. walaupun setiap versi itu berbeda-beda jalan ceritanya, tetapi kalau kita cermati dari sekian banyak versi maka akan menemukan titik temunya. 

Maka dari itu, janganlah kita berdebat gara-gara perbedaan versi apalagi sampai adu keringat. Karena islam tidak mengajarkan kita untuk saling menjatuhkan dalam satu ikatan.

https://saptabarata.blogspot.com