Jumat, 24 Mei 2013

Berdo'a Dengan Tawasul


Sebelum masuk pada pembahasan dalil-dalil tawasul ,terlebih dahulu kami jelaskan pada kalian , sesungguhnya yang di maksud dengan istighosah pada para nabi , orang - orang sholeh dan bertawasul kepada nereka adalah menjadikan mereka sebagai sebab dan perantara untuk memperoleh apa yang di inginkan dan sesunguhnya Allah lah yang akan berbuat (memberi) --sebagai karomah bagi mereka dan bukanlah mereka yang berbuat (memberi). Dan demikianlah keyakinan yang benar dalam segala perbuatan. Seperti contohnya pisau, ia tidak dapat memotong dengan dirinya sendiri, tetapi yang memotong adalah Allah. Dan pisau hanyalah sebab yang bersifat kebiasaan (adat) dimana Allah menciptakan sifat dapat memotong ketika adanya pisau. 


Terdapat banyak dalil yang menerangkan kebolehan bertawassul, diantaranya firman Allah :“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, spaya kamu mendapat keberuntungan.” (Q.S. al-Maidah : 35). Ibnu Abbas berkata, washilah adalah segala sesuatu yang dijadikan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Juga Firman Allah : “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencri jalan kepada tuhan mereka siapa diantara mereka yang akan lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (Q.S. al-Israa’ : 57) Ibnu Abbas berkata mereka itu (yang diseru) adalah nabi Isa a.s., Ibunya, ‘Uzair dan para Malaikat.

Penjelasan dari ayat tersebut ialah : bahwasanya orang-orng kafir menyembah nabi-nabi dan para malaikat sebagai tuhan mereka. Maka dikatakan kepada mereka (orang kafir) : mereka yang kalian sembah itu bertawassul kepada Allah dengan orang yang lebih dekat pada Allah, maka mengapakah orang-orang kafir menjadikan mereka (nabi dan malaikat) sebagai tuhan mereka, padahal mereka (para Nabi dan Malaikat) adalah hamba (mahluk) yang butuh terhadap tuhan mereka dan bertawassul kepada-Nya dengan orang yang lebih tinggi derajatnya dari mereka. Demikianlah yang dijelaskan dalam rislah as-Sayyid Muhammad bin Hasyim. Dan Allah berfirman : “Bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (Q.S. at-Taubah : 119). Dan sabda Rasulullah SAW : “Seseorang akan bersama orang yang dicintainya”.  Dan dalam hadits lain Rsulullah bersabda : “Jadilah kamu bersama Allah, jika tidak, maka jadilah kamu bersama orang yang bersama (dekat) dengan Allah”. Dan dikatakan : Fana terhadap guru itu merupakan permulaan Fana kepada Allah (Tanwir al-Qulub : 520). Imam al-‘Arif as-Sya’roni qoddasallahu sirrohu berkata dalam kitabnya an-Nafahat al-Qudsiyah ketika menyebutkan tatakrama dalam berdzikir, yaitu sebagai berikut ; (yang ke tujuh) hendaknya orang yang berdzikir membayangkan sosok gurunya berada didepan matanya, dan ini merupakan adab berdzikir yang paling kuat (tinggi). (Tanwir al-Qulub : 528).

Al-‘Allamah as-Sufiri dari golongan Syafi’iyah telah menyebutkan dengan perkataannya; bahwa ia senang menyendiri, sesungguhnya seperti halnya syetan tidak mampu menyerupai wujud Rasulullah, syetan juga tidak mampu menyerupai wujud Wali Kamil. (Tanwir al-Qulub : 528). Dikatakan dalam kitab Syarh as-sulam halaman 4; Sesungguhnya Allah memberikan Hamba-Nya sifat-sifat yang disandangkan kepadanya, seperti halnya (sifat) yang disandangkan kepada Allah SWT. Dan dalam kitab Nahji as-Sa’adah, Rasulullah SAW bersabda : “Bertawassul-lah kamu denganku dan ahli baitku kepada Allah, sesungguhnya orang-orang yang bertawassul dengan kami tidak akan ditolak” diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shohihnya. Dalam hadits lain Rasulullah bersabda : “Bertawassul-lah kalian dengan keagunganku, sesungguhnya keagunganku sangat besar”. (Bughyatul Awam dalam syarah Maulud Sayyid al-Anam –al-Bajuri juz II : 700).  Dan sabda Rasulullah SAW : “(Ya Allah) Ampunilah Ummi Fatimah binti Asad dan lapangkanlah kuburnya dengan haq nabi-Mu dan nabi-nabi sebelumku…..hingga ahir hadits, diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam kitab al-Kabir dan menshohihkannya Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Anas bin Malik r.a. fatimah yang dimaksud disini adalah ibunya syyidina Ali karromallahu wajhahu yang mengurus Rasulullah SAW. 

Sumber :  Miftakhussa'adah

Landasan Muamalah Ahli Sunnah Wal Jama’ah dalam Segala Urusan Ibadah / Ky.Muhammad Hazim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar